Dua hari tiga malam itu mengubah dunia ku yang tadinya sepi tak berpenghuni , kini menjadi lebih berwarna. Ya! Ada sesuatu disana.. dibalik awan Gunung Cikuray 2821 mdpl. Tak pernah terbersit sebelumnya aku bisa berdiri di puncak gunung ini.
Semua berawal dari ajakan abang senior ku, bang Dodi dan teman-teman kantornya mendaki ke Cikuray. Awalnya aku ragu untuk ikut, ini pendakian perdanaku, aku tidak yakin bisa sampai ke puncak gunung apalagi aku perempuan, abang meyakinkanku karena kami mendaki didampingi EO pendakian. Hingga akhirnya, aku masuk ke group chat EO pendakian TANTRA ADVENTURE. Keberanian ku muncul ketika aku bertemu dengan salah seorang panitia TANTRA, kami memanggilnya Teteh. Teteh adalah perempuan berjilbab sama sepertiku, malah badan teteh lebih kecil dariku, tapi teteh sudah mendaki beberapa gunung an menjadi penyelenggara pendakian pula, aku langsung kagum hingga timbul keinginan mendaki juga. Aku mulai menyiapkan alat-alat pendakian mulai dari carrier, sepatu gunung dan perlengkapan lainnya. So, mari bertualang.
Jumat, 10 April 2015 tepatnya pukul 24.00 WIB rombongan kami berjumlah 48 orang menggunakan 3 mobil elf berangkat menuju Garut dengan biaya 350 ribu panitia menyediakan fasilitas transportasi pulang-pergi stasiun pemancar-pasar rebo serta perlengkapan tenda dan logistik, peserta hanya membawa perlengkapan pribadi saja.
Paginya, sesampainya di stasiun pemancar kami sarapan dilanjutkan briefing serta memeriksa perlengkapan tak lupa 2 botol air mineral 1,5 liter karena di Cikuray tidak ada sumber mata air, antisipasi agar kami tidak kehabisan air minum diperjalanan serta bekal makan siang dari panitia kami bersiap mendaki. Peserta dibagi beberapa kelompok, nah aku berada dikelompok terakhir yang perempuannya cuma aku sendirian, wah jadi merasa paling cantik sendiri.Pukul 8 pagi kami memulaiperjalanan, dimulai dari stasiun pemancar melewati kebun teh hijau nan segar aku menikmati perjalanan perdana ku menyusuri tanjakan Cikuray, awalnya ada rasa was-was dalam hati apakah aku bisa sampai puncak atau tidak, adanya bang Dodi dan teman-teman yang menyemangati langkahku membuat kaki ku pantang menyerah dan terus menapak.
Pos demi pos aku lalui, sesekali kami berhenti sebentar melepas lelah, hanya beberapa menit, cuaca dingin menyelimuti Cikuray kala itu membuat kami tidak ingin berhenti terlalu lama, dinginnya Cikuray membuat hidungku berair , aku menarik rapat buff menutup hidung agar tetap hangat, jangansampai flu menyerang diperjalanan, oh tidak!
Menjelang pukul 12.00 WIB , kami mendarat dipos 5 dan makan siang bersama, masa-masa makan siang ini sangat aku rindukan saat ini, nasi bungkus kami jejerkan ditengah lalu kami menyuap nasi bersama, sungguh kebersamaan yang hangat. Setelah tenaga pulih kami pun melakukan perjalanan kembali, langkahku tersendat ketika baru mulai melangkah, trek setelah melewati pos 5 benar-benar membuatku memanjat seperti spiderman, untungnya banyak akar pohon disisi-sisiku mempermudah gaya spiderman ku beraksi.
Seiring berjalannya waktu, langkah kakiku mulai gontai, ku akui aku tidak sempat olahraga sebelum berangkat (jangan dicontoh ya!) karena kesibukan kerja sehingga mengharuskan ku pulang larut dan malas bangun pagi-pagi untuk olahraga yang paling parah setiap aku berniat lari pagi, esoknya pasti hujan. Bang Dodi dan teman-teman bergantian menyemangatiku, “ ayo, Cha! Itu puncaknya tambah dekat diatas!” wah mereka benar-benar PHP (Pemberi Harapan Palsu) sudah pasti lah puncaknya diatas, tapi walaupun kena PHP terus aku mulai merasakan hawa yang berbeda, sinar matahari yang tadinya terhalang oleh rimbunnya hutan Cikuray kini mulai menampakkan cahayanya, seketika aku terpana... Aku, berdiri, menapak, memandang pemandangan indah ciptaan Tuhan, dan ... berhasil sampai dipuncak!!!!
Pukul 3 sore kami menggapai puncak Cikuray, hilang sudah semua lelah yang kurasakan. Aku masih tidak percaya aku bisa berdiri di puncak gunung, pertama kali nya dan tak kan terlupakan seumur hidup, terima kasih buat bang Dodi mengajak dan membantuku, adiknya yang manja hingga sampai dipuncak. Kegembiraanku terhenti seketika, tiba-tiba hujan menerpa wajahku, aku langsung melompat ke tenda yang telah didirikan teman-teman TANTRA. Untungnya, hujan datang saat aku sudah sampai dipuncak, padahal masih ada teman-teman yang masih dibawah, syukurlah jas hujan dan raincover sangat menolong mereka.
Sudah lama rasanya tidak merasakan sensasi berada ditenda, terkahir kali ketika aku camping pelantikan anggota Bantara Pramuka SMA ditahun pertama aku kuliah, sudah cukup lama ternyata. Ditenda, kulihat kak Wilda tertidur pulas, aku berkenalan dengan kak Aya yang baru bangun dari tidur cantiknya, mereka sampai puncak dari pukul 1 siang tadi, wah benar-benar wanita tangguh, salut buat kakak-kakak cantik ini. Hujan membuat perutku lapar, begitu pun kak Aya. Untungnya masih ada beberapa cemilan di carrier ku, kami makan dan mengobrol santai.
Hujan berhenti pukul 7 malam, usai mandi dengan tissu basah, ganti baju dan menyelesaikan urusan kamar kecil digunung yang sangat membutuhkan tissu basah dan tissu kering karena tidak ad sungai atau yang lebih parah toilet digunung, maka sangat wajib menyiapkan tissu basah dan kering, ini sangat penting! Sampah tissu jangan dibuang sembarangan masukkan ke kantong plastik agar bisadibawa turun kembali. Setelah urusan rumah tangga selesai aku, kak Wilda dan kak Aya bergabung dengan teman-teman lainnya saling berkenalan dan makan malam bersama. Pemandangan dibawah puncak Cikuray mulai terlihat jelas sehabis hujan, lampu-lampu kota Garut bisa kami lihat dari atas, pemandangan indah ini tidak akan kami lewatkan untuk berfoto ria. Acara selajutnya, bakar-bakar pop-Corn aneka rasa ala bang Izul dan bang Ari, benar-benar aneka rasa, bakaran pertama rasanya hambar, dibakar kedua kali asin, bakaran ketiga malah gosong, haduh, mereka benar-benar ahli popcorn, ahli merusak rasa popcorn. Untungnya, bakaran ke empat popcornnya lumayan, asin dan manisnya pas. Malam makin larut, tapi lelah belum juga dirasa, sesi foto-foto masih berlanjut, kamera SLR kang Ovie jadi rebutan jepret, tawa canda diselingi berfoto bersama mewarnai gelap malam itu, mendekati tengah malam kami kembali ke tenda masing-masing. Aku tidak sabar menunggu matahari terbit esoknya, dalam dinginnya malam puncak Cikuray aku tertidur pulas dalam sleeping bag dan diselimuti jaket tebalku.
Pagi menjelang, aku dibangunkan oleh suara bang Dodi, mengajakku keluar agar tidak ketinggalan matahari terbit, dengan wajah bangun tidur yang masih kusut aku keluar dengan semangat. Didekat shelter telah berkumpul teman-teman lainnya bahkan rombongan lain selain kami pun bergabung disana. Semua sibuk membuat tulisan dikertas dan berfoto pastinya, tapi kertas-kertasnya dibawa lagi dan tidak ditinggalkan sembarangan digunung.
Matahari telah terbit, memancarkan sinarnya yang hangat, lelah berfoto kami sarapan bersama. Sarapan pagi digunung, sensasinya memang berbeda. Perut kenyang dan hati senang, aku mendapatkan pengalaman yang berharga disini, bertemu orang-orang baik, lucu dan menyenangkan, TANTRA ADVENTURE mereka seperti keluarga di balik awan Cikuray, walaupun baru kenal selama dua hari ini tawa canda tak henti menemaniku selama di Cikuray, untuk mengabadikan kenangan tak lupa kami mengambil beberapa pose dengan background selimut awan Cikuray yang indah. Setelah puas menikmati indahnya awan dan pemandangan gunung Papandayan yang terlihat dari puncak Cikuray, kami membereskan peralatan, membongkar tenda dan mengemasi barang-barang, tak lupa operasi semut membersihkan jejak-jejak yang mengotori gunung.
Pukul 10.00 WIB kami bersiap turun gunung, semangat yang menggebu menuntun langkahku. Sesuatu terjadi, langkahku tiba-tiba bergetar, lutut ku serasa tak bisa menopang badanku, bang Dodi langsung memapahku, kucoba kan selangkah demi selangkah, benar-benar susah rasanya, bang Dodi langsung mengeluarkan beribu nasehat, wejangan, pidato, ceramah, dan sebagainya, “Adek, kan sudah abang ingatkan, olahraga dulu sebelum naik gunung! Turunnya juga jangan melompat karena kaki menopang tubuh nanti gampang kram!” , yah ku akui itu salahku, aku langsung jera, olahraga sebelum naik gunung itu amat penting.
Semakin lama langkahku makin berat, semua peserta sudah jauh dibawah, hanya tinggal aku, bang Dodi, bang Ivo dan kang Toro, aku merasa tidak enak menyusahkan mereka, hati ini ingin cepat-cepat sampai di bawah, tapi kakiku tidak bisa diajak kompromi.
Aku merasakan kesabaran dan ketulusan kang Toro, bang Ivo dan bang Dodi membimbingku turun, walaupun ditengah perjalanan kami kehujanan. Ada yang bilang, kepribadian seseorang akan terlihat jelas ketika dia berada di gunung, keegoisan dan ketidakpedulian akan terlihat disini. Ada untungnya kondisiku saat itu, aku bisa merasakan ketulusan mereka dan itu membuat pendakian pertama ini sangat berarti.
Akhirnya, hujan berhenti ketika kami sampai di kebun teh, sudah lewat pukul 4 sore, dan kami masih belum sampai di pemancar, benar-benar telat dari waktu yang diperkirakan. Bang Dodi langsung menggendongku , malu juga rasanya dilihat oleh banyak orang ketika itu. Beberapa panitia TANTRA datang menjemput kami dan membantu membawakan carrier, yang anehnya mereka malahpada rebutan menggendongku kebawah, serasa seperti tuan putri, aku tersenyum-senyum sendiri saat mengingatnya.
Sesampainya dibawah panitia TANTRA lainnya langsung menyambutku, teteh, kak Irma langsung memijat kakiku, kak Puti langsung menyuapiku makan, dan bang Izul malah sibuk memotretku, ada-ada saja dia, aku merasa bersalah melihat mereka panik begitu padahal kenal juga baru hari itu, sebenarnya tidak ada masalah dengan tubuhku hanya kakiku saja yang tidak kuat berdiri tapi mereka sudah sepanik itu gara-gara aku, maaf ya semuanya dan terima kasih banyak.
Stasiun Pemancar mulai terasa gelap, pukul 5.30 WIB kami bersiap pulang ke Jakarta, tawa canda masih riuh di mobil kami, kebersamaan dua hari ini sangat terasa, aku jadi tidak ingin pulang dan ingin tetap bersama mereka semua, keluargaku dibalik awan Cikuray.
Semua pengalaman di Cikuray membuatku ingin mendaki lagi, kram kaki yang kualami tidak membuatku jera, trip berikutnya pastinya tak lupa olahraga dulu sebelum mendaki agar kejadian yangsama tak terulang kembali.
Satu hal paling berharga dari perjalanan ini adalah aku berjumpa keluarga dibalik awan Cikuray, TANTRA ADVENTURE, silturrahmi terus terjalin meski kami sudah berpencar di Jakarta, berkunjung ke basecamp yang sederhana nan hangat dengan keceriaan penghuninya, tiada hari yang sepi dengan ramainya obrolan di chat group berbagi cerita berbagi tawa canda dan berbagi ilmu. Dunia ku yang dulu sepi kini lebih hidup dengan adanya mereka, aku merasa tidak sendiri lagi, bertemu mereka adalah anugerah terindah dalam perjalanan ku mendaki. Ayo kita mendaki lagi. Salam Lestari.
#Estimasi biaya :
Paket Perjalanan Per orang : Rp. 350.000,-
Include: - biaya transport pulang-pergi Pasar Rebo-Pemancar
- logistik, makan 3x
- perlengkapan tenda, nesting disediakan
- T-shirt dan stiker
#Estimasi Waktu Perjalanan & Pendakian :
Jumat, 10 April 2015, 24.00 - 06.00 : Pasar Rebo – Base Camp Pemancar (± 7 jam)
Jumat, 10 April 2015, 24.00 - 06.00 : Pasar Rebo – Base Camp Pemancar (± 7 jam)
Sabtu, 11 April 2015, 08.00 - 11.00 : Pintu masuk hutan - Pos 3
12.30 - 15.00 : Pos 3 -Pos 7
15.00 - 15.30 : Pos 7 - Puncak Bayangan
Minggu,12 April 2015, 06.00 - 08.00 : menikmati Sunrise
08.00 - 10.00 : sarapan, repacking
10.00 - 17.00 : rundown St Pemancar
17.45 - 02.00 : St. Pemancar - Jakarta
Gunung Cikuray, 10-12 April 2015
NURHAFIZAH FAISAL
